Langsung ke konten utama

DAMPAK SOSIAL-EKONOMI DITENGAH WABAH PANDEMI COVID-19

KRISIS SOSIAL EKONOMI YANG MENJANGKIT DI TENGAH WABAH PANDEMI COVID-19

Yustika Mitha Muliarti
FPIK/Teknologi Hasil Perikanan, Universitas Diponegoro
yustikamitha21@gmail.com/087708349451

Corona virus atau sebagian dikenal dengan SARS-COV2 pertama kali diidentifikasi di Kota Wuhan, China tepatnya pada tanggal 31 Desember 2019. Corona virus merupakan jenis virus yang menyerang sistem pernafasan manusia yang mengakibatkan gejala flu hingga sesak nafas. Selasa, 11 Febuari 2020, WHO meresmikan COVID-19 menjadi nama resmi untuk virus corona yang berasal dari Kota Wuhan, China. WHO meningkatkan status risiko dari virus corona menjadi level tertinggi pada tanggal 28 Febuari 2020 setelah diketahui virus corona telah menyebar ke berbagai belahan dunia yang mengakibatkan pasar keuangan merosot hingga kematian. Per 14 April 2020 Negara Amerika tepatnya di Kota New York menjadi daerah dengan kasus positif dan kematian tertinggi di dunia dimana total kasus positif mencapai 586,748 dengan total kematian 23,618 kasus. Sehingga corona virus dinyatakan sebagai penyakit pandemi yang telah menelan sebagian korban di seluruh dunia. Pandemi ini mengakibatkan perekonomian berbagai negara menurun, tidak pandang bulu berbagai negara maju bahkan kewalahan mengahadapi virus ini.
Angka kasus positif corona semakin hari semakin bertambah banyak, hal ini berbanding terbalik dengan angka total kesembuhan, begitu juga dengan kasus kematian yang melonjak tajam hampir setiap harinya. Menyebarnya pandemi ini, memberikan dampak besar bagi dunia. Hampir sebagian kepala negara di dunia memberlakukan lockdown untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Hal ini dikarenakan virus corona dapat menyebar dan menular sangat cepat, sehingga masyarakat berbagai negara sangat dianjurkan untuk berdiam diri di rumah selama 14 hari dan juga dengan penerapan social distancing sangat tepat dilakukan agar tidak menyebarkan atau menularkan virus. Penerapan karantina wilayah menyebabkan semua kegiatan atau rutinitas diluar dilakukan didalam dirumah atau biasa disebut dengan work from home. Kebijakan ini telah diikuti oleh hampir sebagain negara diseluruh dunia, bukan tanpa pasti kebijakan dapat selalu memberi dampak keuntungan bagi negara, berbagai negara di dunia khususnya bagi negara berkembang yang mayoritas masyarakatnya berkerja sebagai buruh/harian dan atau non ASN sebagai contoh negara Indonesia mengalami dampak yang luar biasa. Pendapatan hidup yang biasa mereka dapatkan setiap harinya harus menurun atau berkurang bahkan tidak mendapatkan penghasilan sama sekali karena kebijakan karantina wilayah ini. Berbagai upaya dilakukan negara untuk tetap menjamin warganya dalam sejahtera salah satunya dalam bidang perekonomian dengan memberikan donasi berupa sembako dan uang dengan nominal satu sampai dua juta rupiah perkepala keluarga. Tidak hanya itu, biaya listrik selama 3 bulan karantina dirumah terhitung dari bulan April-Mei dipotong bahkan dibebaskan tergantung pada status kemampuan warganya.
Pandemi Covid-19 membuat negara dibelahan dunia diselimuti duka, tidak henti-hentinya kasus positif dan korban jiwa selalu bertambah, peran setiap warganya saat ini sedang perhitungkan. Garda terdepan penanganan pandemi corona menjadi penyelamat bak malaikat tanpa sayap yang selalu terjaga 24 jam tanpa henti untuk merawat pasien positif corona. Tenaga medis berjuang menjadi obat luka untuk negara tercinta yang terdampak. Jiwa raga, kesabaran, ketelatenan dicurahkan untuk membuat bumi pertiwi semakin membaik sampai lekas sembuh dari lukanya. Berjuang di garda terdepan, tidak bisa berjumpa dengan keluarga tercinta, mempertaruhkan nyawa, mengedepankan tugas dan amanah menjadi tanggung jawab yang mereka rasa harus diselesaikan sampai tuntas walaupun keluarga sangat merintih dan khawatir akan keselamatan jiwa raganya. Pasien yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya membuat para tenaga medis kewalahan. Terhitung sejak akhir April 2020 sudah ada 6 tenaga medis yang berkorban kehilangan nyawanya karena terpapar pasien positif corona. Korban jiwa semakin berdatangan tidak mengenal status maupun golongan sesorangan.
Semakin meningkatnya jumlah korban jiwa membuat warga berbagai negara di dunia yang terdampak semakin getir, rasa peduli yang harusnya dikedepankan semakin hari semakian krisis digantikan dengan ego yang mulai merajai. Khususnya di Indonesia berbagai kasus yang menyanyat hati bahkan pilu tak henti-hentinya berdatangan. Peran-peran yang telah dikorbankan serasa tidak ada artinya bagi mereka. Tercatat pada tanggal 16 Maret 2020, terjadi penolakan pemakaman jenazah tenaga medis seorang perawat yang telah meninggal dunia akibat terpapar virus corona oleh sebagian warga yang dipimpin oleh kepala Desa Ungaran. Hal ini menimbulkan kontroversi oleh berbagai pihak dan kalangan, bahkan kasus ini terdengar sampai ketelinga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Akhirnya, setelah kejadian tersebut Gubernur Jawa Tengah meminta untuk seluruh masyarakat Indonesia harus saling mengayomi, membantu, mengedepankan rasa belas kasih dan prihatin terhadap siapapun masyarakat yang terkena kasus positif maupun yang telah meninggal terlebih bagi mereka yang telah berjuang digarda terdepan yang seharusnya berikan penghormatan setinggi-tingginya atas pengabdian yang tulus yang telah diberikan, bahkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengajukan permohonan dan mengirimkan surat kepada Presiden Republik Indonesia untuk memakamkan para tenaga medis yang telah gugur akibat terpapar virus corona apabila terjadi penolakan lagi di kemudian hari.
Pandemi covid-19 telah menyebabkan dampak yang sangat luar biasa bagi negara berkembang, salah satunya Indonesia. Pabrik, sekolah-sekolah, pasar, tempat wisata dan tempat umumnya lainnya ditutup atau diliburkan sementara waktu, hal ini dilakukan semata-mata mencegah penyebaran virus corona yang sangat cepat. Hal ini menyebabkan sebagian besar perusahaan maupun pabrik tidak dapat beroperasi sehingga tingkat produktivitas dan keuangan menurun, tetapi beberapa perusahan maupun pabrik ada yang memilih untuk tetapi beroperasi dengan syarat harus memenuhi persyarat keamanan covid-19 sesuai anjuran pemerintah pusat.  Beberapa pabrik yang tidak beroperasi terpaksa memulangkan para pekerjanya dan bahkan ada yang mengalami PHK. Sehingga tingkat pengangguran mulai meningkat. Terlebih lagi per tanggal 11 April 2020, Kemenkumham telah membebaskan sejumlah 36.554 napi di tengah wabah corona ini yang dimaksudkan untuk mencegah penyebaran virus corona. Alhasil baru dalam jangka waktu seminggu pembebasan banyak para mantan narapidana yang melakukan tindak kriminal kembali, hal ini memicu meningkatnya tindak kriminalitas ditengah pandemi ini. Tingginya persentase pengangguran akibat dari pemberhentian pekerja ditambah lagi dengan bebasnya para narapidana mengakibatkan persaingan dalam mencari kerja semakin tinggi, belum lagi kesempatan yang sangat kecil dalam mencari penghasilan untuk bertahan hidup. Hal ini yang didasari sebagian narapidana memilih untuk melakukan tindak kriminalitas kembali demi dapat menghasilkan uang untuk bertahan hidup.
Tempat wisata juga ditutup untuk sementara waktu, yang mengakibatkan sepinya pengunjung. Hal ini berimbas pada pemasukan yang didapatkan dari kunjungan wisatawan mengalami penurunan yang sangat drastis. Terlebih lagi pihak wisata masih harus tetap memenuhi biaya operasionalnya.
Tidak hanya sampai disitu, krisis sosial dan kepedulian terdampak cukup tajam. Banyak masyarakat yang merasa ketakutan bahkan panik terkena virus corona yang akibatnya menyebabkan rasa kepedulian, prihatin dan menghargai sesama mulai hilang. Seperti contoh kasus yang ramai diperbincangkan, banyak masyarakat yang berlebihan seakan-akan takut tertular virus corona dengan tega melempar uang saat akan membayar atau membeli barang. Hal itu, bukankan menjadi parameter seseorang dikatakan tidak manusiawi atau tidak memanusiakan sesama manusia ? Rasa ego telah mengikis hati nurani. Seakan kebijakan maupun dalil-dalil tidak hiraukan dan didengar.
Banyak masyarakat yang terdampak akibat pandemi sehingga ekonomi menurun, tidak bisa makan, tidak bisa mencari nafkah belum lagi menjadi bulan-bulanan bagi para masyarakat yang tidak memeiliki pengetahuan yang cukup serta memiliki ego tinggi menghakimi mereka sesuka hati, tidak memberikan uluran tangan tetapi pengucilan dan penghardikan diterima oleh mereka. Terlebih lagi bagi keluarga maupun masyarakat yang menjadi ODP (orang dalam pengawasan) yang tidak bisa keluar rumah dan tidak bisa mencari makan. Seperti contoh kasus yang terjadi pada keluarga di Desa Winten, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Mereka yang seharusnya diberikan bantuan secara berkala oleh tetangga sekitarnya maupun desa tetapi malah dikucilkan dan tidak dibantu kelangsungan untuk hidupnya. Bahkan tenaga medis pun tidak luput menjadi korban keegoisan masyarakat, beberapa perawat tenaga medis di berbagai rumah sakit di Indonesia diusir dari tempat tinggalnya atau kos maupun kontrakannya karena dirasa akan menjadi penyebab penularan virus corona. Rasa takut seakan tumbuh menjadi ego untuk diri sendiri agar tetap aman dan terlindungi diatas orang-orang yang menderita bahkan yang telah berjuang menjadi garda terdepan dalam penanganan virus corona.
Beberapa orang yang prihatin akan dampak pandemi ini melakukan sejumlah aksi donasi guna membantu penanganan covid-19, aksi ini digalangkan oleh sebagian masyarakat mulai dari kalangan artis, penyanyi, bahkan pejabat pemerintah. Tetapi juga banyak ditemui kasus penipuan yang terjadi mulai dari penipuan barang kiriman dalam jumlah besar yang dibelikan dari uang donasi sampai pada penggelapan uang, dimana seharusnya beberapa barang yang dibeli dari hasil donasi ditujukan untuk membantu para tenaga medis guna memenuhi  kebutuhan perlengkapan perlindungan diri. Bahkan bukan hanya sampai disitu, sembako dan sebagainya tak luput dari sasaran empuk bagi para penipu, dimana seharusnya beberapa sembako tersebut bisa dijadikan sebagai bantuan bagi para masyarakat yang terkena dampak wabah covid-19 ini, yang tidak bisa keluar rumah untuk mencari nafkah dan hanya mengandalkan bantuan dari masyarakat sekitar.
Pengoptimalan penanganan akan pandemi covid-19 ini perlu dilakukan guna meminimalisir serta menunjang penyelesaian permasalahan krisis sosial ekonomi yang terjadi. Pertama, mengalokasikan sumber dana yang ada di pusat pemerintah untuk penanganan covid-19. Saat ini, pemerintah telah melakukan beberapa upaya dalam pencegahan virus corona. Seperti yang dilansir dari merdeka.com Kemendikbud dan DPR sepakat meniadakan pelaksanaan UN pada sekolah-sekolah dan menghemat anggaran pelaksanaan sebesar 72 milyar, sehingga anggaran dana dapat digunakan untuk pencegahan virus corona. Kemudian ada pemangkasan anggaran dana perjalanan dinas PNS sebesar 50% dari dana yang dianggarkan sebesar 43 milyar, dan beberapa anggaran dana lain yang sudah dialokasikan.
Kedua, adanya bantuan terkait kebutuhan masyarakat yang terkena dampak covid-19. Bantuan harus diberikan secara menyeluruh dan merata per kepala keluarga baik dalam bentuk dana maupun sembako dan bantuan harus diproritaskan bagi masyarakat yang kebutuhan hidupnya bergantung pada upah harian terdampak virus corona serta para masyarakat yang pekerjaannya terdampak akibat covid-19 seperti para pekerja yang dirumahkan dan yang terkena PHK. Ketiga, adanya jaminan dari pemerintah bagi para pekerja yang dirumahkan atau yang diPHK maupun para pencari kerja lainnya yang kesulitan mendapatkan pekerjaan akibat pandemi covid-19. upaya yang dapat dilakukan seperti pemberian modal, pelatihan vokasi dan akses pekerjaan baru. Saat ini, Presiden Joko Widodo telah melakukan upaya salah satunya mengeluarkan kartu pra kerja yang dikhususkan untuk para masyarakat Indonesia yang sedang mencari pekerjaan. Kartu pra kerja ini dikhususkan bagi mereka yang kesulitan mendapat pekerjan, korban PHK dan lainnya akibat dampak covid-19. Kartu pra kerja efektif digunakan dalam kurun waktu 2-3 bulan dengan keuntungan kesempatan yang diberikan berupa akses pelatihan secara intensif guna mengasah dan menambah sklill mereka, selain itu para penerima kartu pra kerja ini akan mendapatkan tunjangan intensif sebesar Rp. 3.550.000.
Keempat, penunjangan modal di sektor pertanian. Dampak dari covid-19 sangat berpengaruh terhadap kebutuhan pokok masyarakat yang sangat tinggi. Kesediaan bahan-bahan makanan yang menipis mengakibatkan melonjaknya harga bahan makanan. Hal ini berbanding terbalik dengan tingkat kebutuhan pangan yang semakin tinggi dan saat ini Indonesia masih bergantung pada kebijakan impor bahan baku pangan. Kelima, adanya relaksasi cicilan kredit yang dapat meringankan masyarakat dalam menjalankan pekerjaan maupun usahanya, terutama para pekerja berpenghasilan harian, UMKM maupun pekerjaan informal lainnya. Keringan cicilan kredit dapat diberikan berupa perpanjangan waktu pembayaran cicilan, penundaan pembayaran pembayaran cicilan atau bunga dalam kurun waktu maksimal satu tahun atau hal lainnya sesuai dengan kebijakan leasing atau bank.


Thank you for read my blog. Hope you can get any references from this publication :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KANDUNGAN GIZI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) AIR TAWAR

Kandungan Gizi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Air Tawar Penulis : Yustika Mitha Muliarti                                       Sumber : repositoty.telkomuniversity.ac.id Ikan nila merupakan salah satu ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Ikan nila menjadi salah satu komoditas perikanan ikan budidaya air tawar yang memiliki hasil produksi paling tinggi. Ikan nila banyak dibudidayakan di Indonesia karena sifatnya yang mudah beradaptasi dengan lingkungannya serta memiliki tingkat permintaan pasar yang tinggi karena banyak dijadikan sebagai bahan baku produk. Ikan nila mengalami peningkatan volume produksi setiap tahun. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2019), produksi ikan nila secara nasional pada tahun 2016 sebesar 1.114.156 ton, sedangkan...